Bangun Jejaring Sekolah Inovatif Indonesia, Kepala MIM 2 Badas Hadiri School Innovators Summit 2025
Dalam rangka membangun jejaring inovasi madrasah, Kepala beserta Waka Bidang Kurikulum MIM 2 Badas Kediri mengikuti kegiatan School Innovators Summit 2025. Kegiatan yang diinisiasi oleh Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) ini dihadiri peserta dari berbagai sekolah di Indonesia. Bertempat di SAIM Surabaya, kegiatan ini dibuka oleh Menteri Pendidikan Dasar & Menengah RI Prof.Dr.Abdul Mu'ti, M.Ed. Sabtu, (8/2/2025)
Prof. Mu'ti menyampaikan, Inovasi di lembaga pendidikan penting dilakukan sesuai kebutuhan masyarakat dan untuk menjawab tantangan di masa mendatang. Terutama, meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil pendidikan.
Menurutnya, inovasi dapat dilakukan dengan cara menyesuaikan diri terhadap dinamika global, dan menghadapi tantangan yang ada, serta mengatasi masalah yang muncul dalam dunia pendidikan.
" Kalau tidak mau berubah, tidak mau berinovasi, ya siap - siap sekolah itu akan ditinggalkan oleh masyarakat. Kalau sudah ditinggalkan, tak lama setelahnya sekolah akan tumbang. " Tandasnya.
Direktur SAIM Aziz Badiansyah menjelaskan, School Innovators Summit 2025 kali pertama digelar dan dihadiri 130 sekolah dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari Jakarta, Bandung, Magelang, Semarang, Pacitan, Kediri, Malang, Surabaya, Lumajang, hingga Bali.
Semua peserta yang hadir adalah inovator yang telah menerapkan inovasi pendidikan di sekolahnya masing - masing.
Diakhir sesi, dilakukan paneling discussion. Salah satu materi yang dibahas adalah Digitalization Of Education. Materi ini disampaikan oleh Prof. Iwan Syarif, M. Kom, M.Sc, Ph. D (Professor of AI Senior Lecture at Pens) sebagai Academic Speaker hari ini menyadarkan kita bahwasanya ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat. Kita sebagai person of academic harus bisa beradaptasi dengan kehadiran Artificial Intelligent (AI), yaitu dengan memperkenalkan kepada peserta didik AI sebagai alat bantu dalam mengembangkan pengetahuan.
Namun, satu hal yang harus dipahami bahwa secanggih apapun sistem AI tidak akan pernah bisa menggantikan posisi guru karena guru memiliki kelebihan berupa "rasa simpati" yang tidak mungkin dimiliki oleh mesin." Maka dari itu mari kita dampingi putra-putri kita mengembangkan kreativitas dengan tetap memperhatikan etika dalam menggunakan internet." Jelasnya